ADs
Keterlibatan Hulk dalam Captain America: Civil War adalah satu yang menjadi pertanyaan di antara fans selama beberapa waktu terakhir. Bahkan, pertanyaan yang sama juga sempat melanda si pemeran raksasa berkulit hijau tersebut, Mark Ruffalo. Paska akhir yang menimbulkan penasaran dalam Avengers: Age of Ultron, jawaban atas keberadaan Hulk nampaknya masih harus menunggu terlebih dulu, seperti yang juga disampaikan sang aktor baru-baru ini.
“Alasannya terlalu luar biasa untuk diungkap dalam film ini [Civil War],” Ruffalo menjawab sumberBadTaste.it. “Mulanya saya ada di naskah, tapi kemudian mereka menghapus peran saya. Mereka tidak mau memberitahukan dimana ia berada dan mengapa. Saya bahkan tidak tahu kapan Hulk akan kembali.”
Dijadwalkan rilis pada 6 Mei 2016, Captain America: Civil War akan mengembalikan aktor Chris Evans sebagai Steve Rogers/Captain America, Robert Downey Jr. sebagai Tony Stark/Iron Man, Scarlett Johansson sebagai Natasha Romanoff/Black Widow, Anthony Mackie sebagai Sam Wilson/Falcon, Paul Bettany sebagai The Vision, Jeremy Renner sebagai Clint Barton/Hawkeye, Don Cheadle sebagai Jim Rhodes/War Machine, Elizabeth Olsen sebagai Wanda Maximoff/Scarlet Witch, Sebastian Stan sebagai Bucky Barnes/Winter Soldier, dan Frank Grillo sebagai Brock Rumlow/Crossbones. Bersama mereka, sejumlah pendatang baru pun turut dipastikan meramaikan cerita kali ini, seperti Chadwick Boseman sebagai T’Challa/Black Panther, Daniel Bruhl sebagai Baron Helmut Zemo, dan Martin Freeman di antaranya.
Paska kekacauan yang terjadi dalam Avengers: Age of Ultron, Steve Rogers berlanjut dengan memimpin formasi baru Avengers untuk tetap menjaga stabilitas dunia. Namun, terjadinya insiden internasional yang melibatkan Avengers rupanya berpengaruh dengan memaksa pemerintah menerapkan sistem akuntabilitas dan badan kepengurusan yang menentukan aksi tim pahlawan ini. Situasi status quo pun mengakibatkan keretakan di antara Avengers sementara mereka harus tetap mengatasi ancaman dari sosok penjahat yang baru.
Until Dawn, merupakan sebuah game teranyar dari Supermassive Games dan memberikan sentuhan yang berbeda pada game bergenre interactive horor. Diperkenalkan sebagai salah satu game yang akan rilis pada konsol PlayStation 3 beberapa tahun silam, pada akhirnya mereka menunda peluncuran game ini dan mengembangkannya untuk PlayStation 4.
Sebelum berbicara mengenai gameplay dari Until Dawn, mari kita bahas terlebih dahulu dari segi grafis dan suaranya. Seperti yang sudah kalian lihat dari trailer-trailer yang bertebaran di Internet, pergerakan setiap karakter terlihat begitu mulus dan kita bisa tahu betapa mereka memperhatikan setiap detail yang sangat mengagumkan. Yang hanya bisa saya katakan adalah, Supermassive Game mengerjakan proyek Until Dawn ini dengan sungguh-sungguh dan sepenuh jiwa.
Sedangkan dari segi suara, mereka merekrut dan meminta pertolongan komposer jenius, Jason Graves untuk membuat setiap soundtrack dan juga background sound yang ada dalam game ini. Setiap adegan yang terdapat pada Until Dawn dikemas dengan baik dan kita bisa merasakan seperti kita sendirilah yang berada dan bermain di dalam game tersebut.
Jason Graves sendiri bukan orang baru dalam dunia gaming, ia pernah menjadi komposer game terkenal seperti Tomb Rider, Dead Space, dan juga The Order: 1886. Jadi bisa dipastikan kalian akan sangat terpuaskan melihat sebuah karya yang disebut Until Dawn ini.
Salah satu alasan yang membuat Until Dawn ini menarik adalah penggunaan Butterfly Effect yang diadopsikan oleh sang developer ke dalam game. Sekedar informasi, Butterfly Effect adalah sebuah teori dari dunia sains, yang menyebutkan bahwa satu buah kepakan kupu-kupu di hutan belantara Brazil, secara teori mampu menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Hal tersebut menandakan bahwa sesungguhnya sebuah kepakan itu diibaratkan sebagai trigger atau kondisi awal yang menyebabkan hadirnya sebuah tornado. Inilah yang menarik dan Supermassive Games pun berniat menghadirkannya ke dalam Until Dawn. Akibatnya, setiap keputusan yang kalian ambil dalam game ini akan berpengaruh pada seperti apa jadinya jalan cerita selanjutnya.
Menggunakan gameplay interactive horror, kalian akan merasakan permainan yang hampir serupa dengan game Beyond Two Souls dan Heavy Rain. Until Dawn menceritakan sebuah tragedi yang menimpa delapan orang remaja -Josh, Sam, Chris, Ashley, Mike, Jess, Matt, dan Emily- di sebuah vila di pegunungan bersalju. Saat itu mereka semua sedang memperingati satu tahun hilangnya teman mereka Beth dan Hannah. Namun mereka tidak menyadari bahwa mereka tengah diawasi.
Kalian dapat menggunakan ke-delapan karakter yang ikut serta dalam game ini. Namun kalian tidak bisa memilihnya sesuai dengan keinginan kalian. Karena layaknya sebuah film yang memiliki banyak chapter dan scene, kalian hanya bisa menggunakan karakter tersebut tergantung dari jalan cerita yang saat ini dimainkan.
Seperti yang diceritakan sebelumnya, setiap keputusan yang akan kalian ambil dapat menentukan jalannya cerita bukan? Untuk itulah terdapat fitur totem yang dapat membantu kalian untuk memilih keputusan dengan tepat, dan cerita akan berjalan sesuai dengan alur yang sebenarnya. Totem tersebut akan memberikan kalian pandangan sebuah adegan secara sekilas mengenai apa yang akan terjadi di masa depan.
Setiap totem akan dibedakan menjadi beberapa warna. Setiap warna yang ada akan memperlihatkan beberapa adegan yang berbeda. Sebagai contoh, totem dengan garis warna hitam menandakan kematian seseorang, dan totem berwarna merah menandakan bahaya yang akan ditemui di masa mendatang. Tetapi, kalian tidak bisa menentukan kapan adegan tersebut akan berlangsung, karena bisa saja event tersebut terjadi usai melihat totem, atau bahkan masih akan berlangsung beberapa chapter kedepan. We’ll never know.
Agar bisa melihat apakah kalian dapat menyelesaikan setiap chapter dengan benar, tekan tombol R1 pada stick untuk melihat Butterfly Effect yang kalian ambil. Gambar yang tertera pada kupu-kupu tersebut akan terisi ketika beberapa event telah dilewati. Apabila terdapat dua gambar yang muncul pada gambar kupu-kupu, maka kalian patut berbangga karena keputusan yang diambil sesuai dengan jalan cerita yang sebenarnya.
Sejujurnya, Until Dawn merupakan game horor pertama yang saya mainkan seumur hidup saya. Awal ketertarikan untuk memainkan game ini adalah gameplay interactive yang mereka gunakan, serta jalan cerita yang bisa kita pilih sesuai dengan keinginan masing-masing player. Selain itu, setiap karakter yang digunakan dari Until Dawn ini menggunakan artis yang sesungguhnya, dan dibuat dengan desain dan grafis yang sangat baik.
Keunggulan lain yang diperlihatkan oleh Until Dawn adalah, game ini mengajak para pemain seakan-akan mereka adalah seorang sutradara film horor. Setiap angle kamera, percakapan, dan juga jumpscare yang diberikan benar-benar kental dengan suasana film horor ala barat. Supermassive Game berhasil membuat saya berteriak layaknya seorang wanita kecil tak berdaya di hadapan teman kantor VGI. Secara keseluruhan Until Dawn mampu memberikan kengerian yang saya harapkan,“I’ve got what I’ve been expected to be.”
Tetapi, sebagus-bagusnya game tentu tidak luput dari beberapa kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah dari segi grafis yang terkadang mengalami glitch atau lagging di beberapa event. Sebagai game yang pertama dari Supermassive Game, hal ini mungkin masih bisa diperbaiki lagi dan dikembangkan untuk game selanjutnya.
Kelemahan berikutnya adalah plot twist yang tidak diduga-duga. Kenapa saya bilang tidak diduga? Karena saya merasa bahwa perubahan alur yang terjadi mendekati akhir-akhir game ini terlihat menyimpang dan tidak menggambarkan Until Dawn , seperti yang digembar-gemborkan sebelumnya. It’s an element of surprise for all the player who play Until Dawn.” Saya tidak bilang bahwa perubahan alur itu jelek, namun saya merasakan perpindahan genre yang tadinya horror dan thrilling menjadi sebuah game dengan genre action.
Sejauh ini, saya telah berhasil menyelesaikan game Until Dawn selama kurang lebih 8 jam. Apakah itu terlalu pendek untuk kalian? Mungkin iya, namun dengan beberapa pilihan lain yang berujung dengan ending berbeda, kalian bisa mengeksplor game ini lebih jauh lagi. Hal yang membuat saya ingin terus mencoba memainkan Until Dawn adalah, saya ingin menyelematkan setiap orang yang ada di game ini. Karena kecerobohan konyol di akhir-akhir cerita, empat orang karakter mati secara berurutan. It’s sucks because we’re reaching the end.
Bagi kalian para penikmat permainan yang penuh dengan drama dan juga penuh misteri, Until Dawn mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat untuk dimainkan. Tetapi apabila kalian cenderung memiliki sifat yang terburu-buru dalam menyelesaikan sebuah game, maka urungkan niat kalian. Game ini harus dimainkan dengan sepenuh hati seakan-akan kalian lah orang yang berada di dalam game tersebut. Kehilangan seorang teman akan sangat memilukan bukan? Apalagi teman tersebut dibunuh dan mati di hadapan kita sendiri.
Jika saya harus memberikan nilai untuk Until Dawn, maka 8.5/10 adalah nilai yang pantas dan tepat. Karena sebagai pendatang baru, Until Dawn berhasil membawa saya sebagai pemain, hanyut ke dalam cerita yang mereka sajikan.
Lionsgate telah mendebutkan berbagai aktivitas promosional untuk The Hunger Games: Mockingjay Part 1, sekuel yang kembali digarap oleh Francis Lawrence dan makin diantisipasi kehadirannya di layar lebar. Darimotion poster, lima foto hingga klip video berisi interview dengan Julianne Moore.
Jangan terlupa juga untuk menyambangi situs TheHungerGamesExclusive.com untuk melihat lebih banyak, sangat banyak hal yang tak dapat dimuat secara keseluruhannya di sini. Kalian bisa melihat cuplikan dari skripnya, klip-klip video lain, dan banyak detil terkait sekuel adaptasi novel tersebut.
Filmnya akan dipenuhi jajaran cast yang menawan. Dari Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Woody Harrelson, Elizabeth Banks, Julianne Moore, Jeffrey Wright, Jena Malone, Sam Claflin, Philip Seymour Hoffman, Stef Dawson, Donald Sutherland hingga Willow Shields.
Nantikanlah rilisnya dengan sabar di tanggal 21 November 2014.
Menyusul sebuah teaser yang diunjukkan menjelang akhir tahun lalu, 20th Century Fox belum lama ini telah memperlihatkan sebuah trailer yang berduasi penuh untuk Dawn of the Planet of the Apes, sekuel yang amat diantisipasi penayangannya dan kini diarahkan oleh Matt Reeves.
Berjarak sepuluh tahun setelah peristiwa yang terjadi pada film pertamanya, kisah baru ini mengikuti Caesar (Andy Serkis) yang berusaha menempatkan diri sebagai pemimpin bagi kaum kera sekaligus berbagi plotdengan sekelompok manusia yang berjuang untuk hidup di San Francisco.
Sebelumnya, pihak studio juga telah merilis 3 klip video yang mengunjukkan kehancuran yang telah dialami San Francisco, New York, dan London dalam rentang waktu 10 tahun akibat mewabahnya Simian Flu. Meski menarik secara konsep, klip-klip ini sayangnya cukup membosankan.
Semoga tidak begitu halnya dengan filmnya, yang akan rilis per 11 Juli nanti.
Di awal Mei lalu, diketahui bahwa Lionsgate telah menggalang sebuah kerjasama yang spesial dengan Saban Brands untuk memproduksi sebuah film baru terkait Power Rangers secara live-action. Ini bakal menjadi film yang ketiga bagi franchise tersebut di jagat Hollywood.
Dalam kutipan press release, film baru ini dimaksudkan untuk menjadi semacam pengimajinasian ulang atasMighty Morphin Power Rangers, sekelompok siswa dan siswi SMU yang diberkahi kekuatan super dan mesti mempergunakannya secara tim demi bisa menyelamatkan dunia.
Lalu, kini didapatkan kabar dari nara sumber yang dimiliki Schmoes Know bahwa penulis skrip dari Chronicle,Max Landis, telah didapuk untuk mematangkan pernaskahannya. Bahkan, draft pertama telah diserahkan ke para produser, yang terdiri atas Jim Miller, Alison Shearmur, dan Haim Saban.
Sepertinya, proyek ini merupakan hal yang tepat untuk dikerjakan oleh seseorang seperti Landis. Hasil kerjanya dapat dilihat dari Chronicle yang menarik itu, dan jika benar bahwa ia yang didapuk sebagai penulis skrip untukPower Rangers, maka akan menarik untuk dinanti hasil akhirnya kelak.
Meski begitu, kabar ini masih belum pasti untuk saat ini. But, if it's true, it could be be radical.
Layaknya anime yang berubah menjadi kenyataan, Jellyfish Eyes adalah sebuah film yang dikerjakan seorangartist kontemporer bernama Takashi Murakami. Sepertinya, Pokemon, Digimon atau pun Monster Farm harus mengalah karena ini adalah yang paling nyata pernah kita dapatkan di saat ini.
Jellyfish Eyes berkisah tentang Masashi, bocah lelaki yang diakibatkan sebuah bencana alam mesti berpindah tempat tinggal ke sebuah kota kecil di pinggiran Jepang bersama ibunya. Suatu hari, sepulang dari sekolah barunya, Masashi bertemu dengan hewan yang berujud ubur-ubur terbang.
Uniknya, ia merasa bisa berteman dengan hewan itu dan menamainya Kurage-bo. Tak lama setelah itu, Masashi mendapati bahwa teman-teman sekelasnya juga memiliki teman hewan yang sama ajaibnya, dan dikenal dengan sebutan F.R.I.E.N.D., yang dapat dikendalikan untuk bertarung.
Meski penampilannya ceria, F.R.I.E.N.D. ini nyatanya merupakan bagian dari sebuah rencana jahat yang bakal mengancam keberadaan seluruh kota tempat tinggal Masashi. Jellyfish Eyes pertama kali didebutkan di Jepang pada 26 April 2013, dan mulai didistribusikan di AS pada awal Mei lalu.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)