Goichi Suda/Suda51 memang tak pernah jemu-jemunya menggarap ide-ide yang ‘tidak biasa.’ Sebut saja Killer7, No More Heroes, Shadows of the Damned, atau Lollipop Chainsaw. Tiap judul tersebut merupakan game yang sebenarnya kerap dianggap absurd
atau lain daripada yang lain. Sementara ini bukan hal yang sepenuhnya
berarti buruk, sentuhan yang demikian kiranya telah dianggap melekat
sebagai identitasnya. Bahkan, menjadikannya salah seorang pembuat game
Jepang yang cukup menonjol pada saat ini.
Akan tetapi, Suda pun tak pelak dari pengalaman yang lumrah dialami para developer Jepang di mata Barat. Perbedaan taste
dan tolak ukur antara Jepang dan Barat cenderung menjadi celah pemisah
untuk sebuah game dan target pasarnya. Dan hal yang sama besar
kemungkinannya juga kembali didapati oleh garapan terbaru Suda yang
dijuduli dengan Killer is Dead.

Dikembangkan Grasshopper Manufacture dengan ide penceritaan langsung oleh Suda, Killer is Dead bercerita tentang seorang assassin bernama Mondo Zappa. Kembali dengan tema assassin
pun tak kontan mengartikannya cerita kali ini merupakan sesuatu yang
sama dengan sebelumnya. Mondo yang bekerja untuk Bryan Execution Firm
ialah seorang assassin bagi para assassin dan pelaku kriminal. Layaknya judul-judul terdahulu Suda, Killer is Dead
pun menghadirkan suatu latar dunia yang unik, yang di sini cukup
menekankan “sisi gelap bulan” sebagai salah satu inti permasalahan. Dan
sebagaimana tokoh ciptaan Suda umumnya, Mondo memang bukan tokoh utama
yang bisa dikategorikan normal. Ia berbekalkan sebilah katana yang dinamai “Gekkou” sebagai senjata utamanya, dengan tangan kiri beraugmentasi cybernetic yang entah dari mana asalnya. Seiring dengan progress-nya, gamers pun diajak untuk menyelami masa lalu Mondo dan menguak misteri yang telah terjadi.

Killer is Dead menampilkan gameplay dalam kemasan episodik dimana tiap episode akan menawarkan penekanan porsi hack and slash yang besar, sebagian eksplorasi, dan boss battle di antaranya. Segmen third-person action/hack and slash dikemas Grasshopper dengan menawarkan tempo pertarungan yang cukup cepat. Pertarungan cenderung dilakukan dengan timing menghindar atau melakukan parry, dan counter
saat menghadapi makhluk-makhluk yang disebut Wires. Menghabisi Wires
akan memberikan Wire Synapse yang berguna untuk memulihkan health dan Energy Core untuk mengisi blood meter. Seperti pada judul-judul action sejenis, blood
di sini dibutuhkan untuk melakukan berbagai serangan khusus, termasuk
membereskan Wires dalam sekali tebas dengan teknik yang disebut
Adrenaline Burst.

Gekkou tidak akan jadi satu-satunya senjata yang digunakan Mondo dalam Killer is Dead. Musselback, sebutan untuk tangan cybernetic Mondo, akan berperan sebagai sub-weapon dengan berbagai mode, yakni Bullet Shot, Charge Cannon, Freeze Shooter, dan Drill. Sementara ada yang diperoleh dari memainkan mini-game, beberapa lainnya akan diperoleh dengan melakukan upgrade Mondo. Untuk membuka skill dan berbagai upgrade baru Mondo, dibutuhkan pula apa yang disebut dengan Moon Crystals. Dan skill tertentu pun dapat ditingkatkan pada tingkatan yang lebih lanjut.
Menghabisi lawan dalam keadaan combo level
penuh akan mengaktifkan pula mekanisme yang disebut Final Judgment.
Gamers akan diberi pilihan untuk menekan satu dari empat tombol yang
dibagi menurut reward-nya: Carnage Kill yang menghadiahkan Health Gem (vitality), Assassination Kill yang menghadiahkan Bloody Rose (blood), Punishment Kill yang menghadiahkan Wire Synapse (health), dan Enforcement Kill yang menghadiahkan Moon Crystals.

Meski
sebagian besar misi akan dijalankannya sendirian, Mondo tidak hanya
seorang diri. Rekan-rekannya di Bryan Execution Firm ada kalanya dapat
ditemui membantu Mondo pada bagian-bagian tertentu. Vivienne Squall,
atasan Mondo yang juga penerima tugas di Bryan Execution Firm, ada
kalanya akan datang dengan menunggangi motor untuk membantu Mondo pada
situasi-situasi tertentu. Ada pula Mika, asisten Mondo yang dapat
menyelamatkan Mondo di saat kritis (dengan konsumsi item Mika Ticket),
dan Bryan Roses itu sendiri, yang pada salah satu misi akan muncul
dengan augmentasi andalannya, Bryan Turret.

Sementara
tempo pertarungan bisa dikatakan cukup cepat, hal ini sayangnya tidak
begitu didukung oleh kontrol dan pergerakan kamera yang terbatas. Selain
itu, rancangan level yang minim variasi dan gameplay yang tidak banyak berimprovisasi pun kadung menjadikan Killer is Dead kurang cukup menonjol apabila disandingkan dengan beberapa judul hack and slash setipe yang muncul beberapa waktu terakhir. Namun, seperti umumnya judul-judul buatan Suda, Killer is Dead pun tetap mempunyai esensi yang membuatnya lain daripada yang lain, meski itu tidak terletak pada rancangan mekanisme gameplay-nya.
Dengan membagi gameplay-nya ke dalam 12 episode utama, Killer is Dead nyatanya tidaklah melulu hanya soal membantai Wires yang kerap dirasa membosankan dan pegal oleh button-mashing. Satu elemen nyeleneh yang juga merupakan “signature”
dari Suda51 dapat fans temukan dengan penyertaan aspek yang disebut
Gigolo Mission. Grasshopper sepertinya tidak ingin gamers menganggap
karakteristik Mondo yang womanizer hanya sekedar omong doang. Pada Gigolo Mission, gamers akan menemui para “Mondo Girls” yang dapat diajak berkencan. Bagian berupa mini-game ini menugaskan Mondo untuk mengisi meter yang disebut Guts Gauge dengan cara menatap ke bagian tubuh sang lawan jenis (tanpa ketahuan). Jika meter
itu terisi penuh, kamu dapat memberikan berbagai macam hadiah (dapat
diperoleh dari membelinya) dan pada akhirnya, menghabiskan malam berdua
atau bahkan memperoleh reward tertentu. Dengan adanya bagian yang demikian, tentu perlu disadari bahwa Killer is Dead memang hanya patut menjadi konsumsi gamers dewasa. Jadi, harap diperhatikan ya...

Bersama dengan ceritanya yang absurd,
nuansa visual yang senada pun tak terpisahkan. Desain makhluk-makhluk
yang tidak biasa dari antara yang tidak biasa, darah yang sarat, dan
penyertaan unsur seksual yang kentara, menjadi hal-hal yang disajikan
dalam kualitas Unreal Engine 3. Punya nilai positif atas visualisasi
dengan feel karya Suda yang kental, meski secara teknis,
kualitas ini belum sepenuhnya enak dipandang di layar TV oleh karena
gaya siluet dan banyaknya suasana gelap yang dipakai. Untuk aspek
suaranya, nilai lebih terdapat pada penyertaan voice acting yang disediakan dalam bahasa Jepang dan Inggris.
Seperti kebanyakan judul action pada saat ini, Killer is Dead
akan menyita waktu main untuk 12 episode utama selama sekitar sembilan
jam. Sementara itu baru sebatas misi-misi utama, terdapat pula sejumlah
Sub Mission. Seperti namanya itu sendiri, Sub Mission merupakan mini-mission
dengan durasi yang lebih singkat. Meski cukup menambah variasi,
mengingat sebagian besar misi ini cenderung merupakan versi perpendekan
dari beberapa misi utama. Jika itu masih belum cukup, ada pula rangkaian
fitur tambahan yang dapat diakses berupa Scarlett Challenge. Menemuinya
tersebar di berbagai bagian episode akan membukakan tantangan-tantangan
ekstra untuk Mondo.
