ADs

Beyond: Two Souls

Menyebut nama David Cage, tentu gamers tidak akan lupa dengan dua game karyanya yang lalu, Fahrenheit (Indigo Prophecy) dan Heavy Rain. Keduanya merupakan game yang bisa dibilang 'unik', dengan narasi mendalam, bagaikan sebuah film interaktif. Kini David Cage kembali mempersembahkan sebuah game yang tidak kalah uniknya yang berjudul Beyond: Two Souls, sekaligus membawa bintang tenar Hollywood, Ellen Page dan Willem Dafoe sebagai dua tokoh utamanya.

Jodie Holmes yang diperankan oleh Ellen Page.
Jika pada Heavy Rain tokoh utamanya ada empat orang, Beyond: Two Souls hanya memperbolehkan kamu untuk mengendalikan satu karakter saja, Jodie Holmes (Ellen Page). Jodie merupakan seorang gadis yang memiliki kekuatan supernatural karena hubungannya dengan entitas tidak terlihat bernama Aiden.
Selain itu, Jodie juga akan ditemani oleh Nathan Dawkins (Willem Dafoe), seorang ilmuwan pemerintah yang bertugas untuk meneliti kekuatan misterius yang dimiliki oleh Jodie. Nathan bisa dibilang merupakan orang tua angkat dari Jodie yang mengawasi sepanjang hidupnya. Kamu akan dibawa mengikuti kisah hidup Jodie yang sedang berusaha untuk mencari jati diri, mulai dari masa kecilnya hingga dewasa.
Sama seperti game Quantic Dream lainnya, Beyond: Two Souls merupakan sebuah game interactive adventure. Sebagai Jodie, kamu dapat berinteraksi dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Fitur baru yang membedakan game ini dengan Heavy Rain adalah cara pengendalian Jodie yang menggunakan analog stick, tidak lagi menggunakan tombol R2, dan pada saat tertentu kita juga bisa berpindah dengan mengendalikan Aiden.

Adegan action di game ini dilakukan menggunakan QTE
Interaksi yang dilakukan Jodie cukup mirip dengan Heavy Rain, kita bisa melihat-lihat environment untuk mencari titik yang dapat digunakan sebagai point untuk interaksi, terkadang kita juga harus memilih dialog. Di beberapa bagian game, kita akan dihadapkan pada yang namanya Action Sequences, dimana aksi menjadi slow motion dan kita harus menggerakkan analog kanan sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh Jodie di layar. Tidak ada indikator QTE ketika hal ini terjadi, sehingga kadang-kadang kita kesulitan menentukan arah gerakannya.
Quantic Dream juga sekalian memberikan difficulty "Saya jarang main game", yang benar-benar membuat game ini menjadi sangat mudah (gerakan Aiden dipermudah, QTE ada indikatornya).

Aiden bisa mencekik target tertentu.
Agak berbeda halnya dengan kendali atas Aiden. Ia merupakan sesosok entitas misterius yang bersifat seperti roh, sehingga ia bebas bergerak kemana saja asal tidak terlalu jauh dari Jodie. Aiden bisa memanipulasi lingkungan yang ada di sekitarnya, apakah itu menggerakkan benda-benda yang ada, merusak sesuatu, melakukan healing, menciptakan barrier, bahkan merasuki seseorang atau membunuhnya dengan cara dicekik.
Beyond: Two Souls memiliki sebuah kisah naratif yang menarik, namun agak membingungkan. Hal ini bukan dikarenakan ceritanya berantakan, melainkan karena urutan ceritanya dipotong-potong dan dimainkan secara tidak urutan. Di satu bagian kita berperan sebagai Jodie dewasa, kemudian di bagian berikutnya mendadak kita mengendalikan Jodie ketika masih kecil, kemudian pindah lagi ke bagian ia beranjak remaja, dan seterusnya. Untung saja game ini menyediakan sebuah timeline agar kita tahu bahwa kita sekarang sedang memainkan kehidupan Jodie di masa mana. Apabila tidak ada timeline, narasinya bisa saja membuat kita tersesat.

Jodie yang bisa berinteraksi dengan berbagai benda di environment.
Meskipun narasi Beyond: Two Souls cukup menarik, namun game ini memiliki momen-momen yang cukup klise, seperti orang-orang yang sudah tahu kalau Jodie memiliki kekuatan supernatural namun tetap nekad melakukan bullying, masa-masa pemberontakan Jodie waktu remaja, serta para bajingan yang suka menghajar gelandangan. Beberapa hal yang kedengaran cukup tipikal.
Perlu dicatat bahwa Beyond: Two Souls tidak memiliki game over. Game ini memang dilengkapi oleh Action Sequence dimana kemampuan kita melakukan Quick Time Events diuji, namun kalau kita gagal melakukannya, hukuman yang diterima hampir tidak ada. Di sini Jodie tidak bisa mati, entah itu dengan tercekik, terbacok, tertembak, dan lain sebagainya. Game-nya hanya memindahkan kita ke cerita yang sedikit berbeda dibandingkan apabila kita sukses melakukannya. Apapun yang kita lakukan, game-nya akan terus berjalan.
Hal ini juga membuat Beyond: Two Souls jadi sedikit linear, karena kalau game-nya ingin kita melakukan sesuatu, biarpun kita tahu hal tersebut salah, kita tetap harus melakukannya. Terkesan seolah pemaksaan untuk berbuat bodoh.
Tapi jangan khawatir, Beyond: Two Souls tetap memiliki replay value yang lumayan tinggi. Kita bisa memainkan game-nya secara serius, bisa juga memainkannya untuk menemukan 'kelucuan' di dalamnya. Ditambah juga kita bisa memilihkan dialog Jodie, jadi mau menyuruh Jodie kecil untuk nyuekin Willem Dafoe? Silahkan saja.

Pilihkan dialog untuk Jodie.
Beyond: Two Souls juga memiliki beberapa macam ending yang ditentukan dari apa yang kita lakukan secara keseluruhan ceritanya. Beberapa ending tidak tersedia kalau kita gagal melakukan sesuatu, sehingga kalau gamers ingin melihat semua ending yang ada di game ini, memainkan ulang beberapa kali adalah sesuatu yang dirasa perlu adanya.
Secara grafis, Beyond: Two Souls tampil memukau. Para aktor diterjemahkan ke dalam model 3D yang tampak hidup, dengan adegan-adegan action menggunakan motion capture yang ditampilkan keren, berikut environment yang sangat nyata. Sayang ada satu bagian dimana environment-nya tampak aneh, yaitu di gurun pasir. Tidak terasa seperti gurun pasir sama sekali, malah terlihat seperti lukisan. Selain itu, meskipun tampilan interface-nya masih mirip dengan Heavy Rain, paling tidak sudah lebih intuitif, tidak lagi harus melakukan gerakan-gerakan aneh.

Willem Dafoe sebagai Nathan Dawkins
Berbicara mengenai voice acting, kehadiran Ellen Page dan Willem Dafoe benar-benar membuat game ini terasa seperti film papan atas, ditambah lagi dengan pemain pembantu lainnya yang tampil sangat mengesankan. Quantic Dream juga sudah mengurangi 'berbicara dalam batin' yang sering kita dengar di Heavy Rain, menjadikan game ini lebih bisa dinikmati. Di samping itu, komposer Hans Zimmer bersama dengan Lorne Baffe memberikan kita lagu background yang dramatis dan seru, sesuai dengan kejadian yang ada di layar.

Bisa dikendalikan menggunaan DualShock 3 maupun iPhone/Android.
Menariknya, Beyond: Two Souls bisa dimainkan oleh dua orang sekaligus secara co-op, dimana pemain pertama mengendalikan Jodie, sementara pemain kedua mengendalikan Aiden. Namun sistem dua pemain ini boleh dibilang hampir tidak ada gunanya, karena di layar tidak terjadi split-screen, dan kendali baru berpindah ke pemain kedua apabila pemain pertama memang menekan tombol 'switch character'. Dengan kata lain, sama saja dengan memainkan satu controller, dan memberikan controller tersebut ke pemain kedua ketika ia berganti kendali ke Aiden.
adi apakah Beyond: Two Souls adalah sebuah game yang bagus? Sony tidak salah ketika menuliskan genre game ini sebagai "Interactive Drama". Cerita memang bagus, interaksi memang bagus, namun sepertinya lebih cocok disebut film interaktif daripada game, karena Heavy Rain masih lebih terasa game-nya dibandingkan yang satu ini. Mainkan Beyond: Two Souls untuk ceritanya dan pemilihan ending, bukan untuk game-nya.

Jodie ketika masih kecil.
Meskipun begitu, game unik ciptaan David Cage ini tetap patut untuk dicoba, baik oleh penggemar game adventure, penggemar Ellen Page beserta Willem Dafoe, dan penggemar Heavy Rain. 
Tertarik? Beyond: Two Souls sudah tersedia di GS Shop.