Yasuhiro Wada adalah sosok yang terkenal karena game Harvest Moon, dimana judul terbarunya telah hadir untuk 3DS, yaitu Harvest Moon: A New Beginning. Namun, siapa sangka ternyata sang pencipta Harvest Moon mau meninggalkan ketenaran franchise itu dan mencoba peruntungannya dengan sesuatu yang baru. Hasilnya adalah Hometown Story, sebuah game yang benar-benar baru namun tetap memiliki nuansa Harvest Moon.

Rumah nenek yang diwariskan kepada sang tokoh utama.
Hometown Story mengisahkan
seorang karakter utama, yang diundang ke desa tempatnya tumbuh ketika
masih kecil, setelah mendapatkan warisan sebuah toko serba-serbi dari
sang nenek yang baru saja meninggal. Tergantung dengan keinginanmu, kamu
dapat memilih jenis kelamin dari karakter utama itu dan melakukan
beberapa kustomisasi.
Tingkat
kustomisasi karakter cukup sederhana. Yang tersedia hanya menyetel warna
kulit, mata, warna mata, jenis rambut, warna rambut, dan pakaian saja,
bahkan model yang disediakan juga tidak banyak. Namun, segelintir
pilihan tersebut dapat bertambah dengan cara membeli barang tertentu,
seperti majalah fashion untuk menambahkan warna rambut dan model rambut.

Kustomisasi yang cukup sederhana.
Gamenya sendiri memiliki konsep yang kurang lebih sama dengan Harvest Moon.
Kamu harus bisa mengatur jadwal antara berinteraksi dengan warga desa
dan menjalankan bisnis toko, sambil ditemani oleh Pochica, semacam...
apa ya, binatang peliharaan, mungkin. Uniknya, meskipun karakter utama
tidak bisa berbicara, Pochica-lah yang berbicara untuk menjelaskan,
menjadikannya semacam proxy bicara.
Menjalankan toko di Hometown Story tidak
terlalu rumit, bahkan cenderung sederhana. Kamu hanya perlu memasang
meja sebagai tempat memajang barang-barang yang akan kamu jual, taruh
barangnya, tentukan harga, dan kemudian menjaga kasir sambil menunggu
pembeli datang. Toko juga bisa kamu kustomisasi sedikit. Kamu bisa
mengatur meja tempat memajang barang untuk dijual dan juga bisa memasang
wallpaper.

Menjaga kasir dan melayani pembeli.
Patut
disayangkan bahwa AI para pembeli toko jauh dari sempurna. Ketika kamu
memasang beberapa benda yang sama dengan harga berbeda, mereka ada yang
mengambil barang dengan harga lebih mahal. Sepertinya keputusan untuk
membeli barang di toko ini dilakukan secara random, kecuali memang harga barangnya terlampau mahal dari harga normal.
Selain
itu, tidak ada konsekuensi meninggalkan toko tanpa dijaga. Para pembeli
akan mengantri untuk menantikan sang penjaga kasir, alias kamu sebagai
pemain, kembali dari jalan-jalan, bahkan tidak ada yang berpikir untuk
mencuri barang sama sekali. Meskipun tidak masuk akal, meninggalkan toko
sepertinya disarankan karena semakin banyak yang mengantri, maka kamu
akan mendapatkan kombo penjualan, dan melipatgandakan uang yang
dibayarkan.

Mengatur toko dan menaruh barang untuk dijual.
Selain mengurus pembeli, kamu pun harus melakukan suplai ulang barang. Setiap hari akan ada 'supplier' yang
datang untuk menawarkan barang-barang yang ia bawa. Selain itu, kamu
juga bisa pergi ke toko lain untuk membeli stok, baik barang jadi maupun
barang mentah. Kalau ingin lebih untung lagi, kamu bahkan bisa
berkeliling desa untuk memungut barang gratisan, seperti jamur yang
tumbuh di tempat tertentu dan sebagainya.
Semakin banyak kamu berjualan dan
bermain, maka penduduk yang tinggal di desa tersebut semakin bertambah,
termasuk kedatangan karakter-karakter yang bisa membantu toko kamu untuk
menyediakan barang baru atau memperluas toko. Para penduduk juga
memiliki kisah masing-masing yang bisa kamu bantu, misalnya pemilik
restoran yang membutuhkan bumbu masak 'spesial' atau barang lainnya. Dan
apabila kamu telah membantu mereka, maka kamu akan disuguhkan sebuah cutscene untuk memajukan cerita.

Pochica, makhluk yang selalu menemani karakter kita.
Dengan
berjalan-jalan keliling desa, kamu bisa berinteraksi dengan berbagai
penduduk yang cukup unik, mulai dari petani, penyihir, penangkap ikan,
walikota, hingga orang-orangan sawah (yang bisa berbicara). Ada berbagai
macam event di desa yang bisa kita lihat, mulai dari kedatangan penduduk baru, hingga pada orang yang hanyut di pantai.
Selain
berjualan di toko dan berjalan-jalan keliling desa, tidak begitu banyak
hal menarik lainnya yang bisa kamu lakukan. Tidak ada memancing ikan,
tidak ada masak memasak, tidak perlu makan, bahkan inventory karakter kamu tidak terbatas dan tidak memiliki stamina bar, sehingga bebas saja mau melakukan apapun, asal jangan tidur lewat tengah malam.
Semua itu harus kamu lakukan dalam 24 jam in-game yang terus berjalan, dimana hari bisa berganti dari pagi, siang, sore, dan malam. Ini berarti, penggunaan waktu dalam Hometown Story sama dengan penggunaan waktu in-game di Harvest Moon, tidak seperti waktu real-time yang ditemui di Animal Crossing.

Karakter cute menghiasi Hometown Story.
Bagi yang sudah biasa melihat grafis Harvest Moon, grafis Hometown Story tidak terlalu banyak berbeda. Karakter-karakter ditampilkan sangat cute. Sayangnya, environment game ini terbilang bland,
serta animasinya tampil terlalu sederhana. Berhubung tidak ada kendali
kamera di game ini, kamu akan sedikit kesulitan ketika mengendalikan
karakter di beberapa tempat yang sering berganti sudut pandang.
Penggunaan stereoscopic 3D di sini juga tidak menambahkan apapun, hanya 'sebatas ada' saja.
Tidak ada voice acting di game ini, semua disuarakan dengan sound effect yang
cukup khas. Lagu-lagu yang diperdengarkan oleh komposer kenamaan Nobuo
Uematsu berkesan cukup santai dan mendukung nuansa yang demikian, meski
lagu yang terlalu sering kamu dengar di toko akan lebih melekat di
telinga.
ika kamu mengharapkan game sekelas Harvest Moon, kamu sepertinya akan kecewa dengan Hometown Story. Game-nya kurang melibatkan pemain dan boleh dibilang cenderung membosankan. Rasanya sulit memainkan Hometown Story
lebih dari dua atau tiga jam dalam satu sesi, apalagi untuk
memainkannya secara jangka panjang. Tampaknya Yasuhiro Wada terlalu
membuat Hometown Story untuk gamer casual.

Memasang harga semahal mungkin. Capitalism ho!